Sunday, May 13, 2012

Blackberry - Teman Gila Setiap Saat


Jaman sekarang, siapa sih yang tidak punya BlackBerry? Ya, smartphone keluaran Kanada ini memang sudah mendobrak pasar telepon genggam Indonesia, mulai dari tukang bakso depan rumahmu hingga direktur-direktur perusahaan besar. Memang, fitur BBm (BlackBerry Messenger) menjadikan komunikasi antar kerabat mudah dan murah. Namun, penggunaan Blackberry dapat menggangu nilai pelajaran, berkurangnya interaksi sosial remaja dan meningkatkan kriminalitas.
Kalau ada bahan pembicaraan yang panas, rasanya enggan kalau disuruh meletakkan BB mereka dan 
“Aduuhh, males banget nih, ketemu teman-teman arisan mama..”, ketik salah seorang murid SMA kepada temannya. Ya, mereka yang terlalu sibuk BBman sering sekali melupakan apa yang terjadi dan siapa saja yang ada di sekitarnya. Kurangnya interaksi sosial dengan lingkungan, apalagi dengan keluarga sendiri, pasti akan timbul banyak ketidak-pahaman dan dapat merusak keharmonisan keluarga.
Sekarang, banyak anak muda yang menjadi sasaran empuk mereka yang berencana untuk mencuri Blackberry. Selain memiliki kesempatan yang banyak, pasar Blackberry memang sangat tinggi, sehingga menjadikan handphone berlayar lebar ini menjadi buruan orang-orang. Korban perampokan blackberry bukan hanya rugi karena kehilangan handphone berhargaan jutaan ini, tapi juga dilukai, dan beberapa bahkan direnggut nyawanya.
Memang benar, Blackberry telah mempermudah kita dalam berkomunikasi dengan sanak saudara dan bahkan teman-teman lama. Namun, apakah kita siap menganggung dampak buruknya?

"Mari menyanyi sambil menari
Suara dua tinggi dan rendah
Budaya negeri tetap lestari
Negeri kita semakin indah
"

Begitulah kata pantun yang saya temukan di Internet. Kata-kata menghina seperti 'Indonesia butut' atau 'Indonesia sampah' (maaf) tidak selamanya benar. Indonesia sebenarnya kaya akan alam dan budayanya. Tidaklah heran jika di beberapa daerah, penghasilan terbesarnya justru datang dari pariwisata.

Keindahan alam semesta Indonesia memang tidak bisa diragukan lagi. Pulau Komodo, Taman Laut Bunaken, dan Pulau Bali sudah menjadi santapan istimewa bagi para turis mancanegara. Belum lagi sejarahnya yang memusingkan-namun-unik dan 'dicatat' di monumen-monumen bersejarah seperti Monas, Candi Borobudur, Candi Prambanan dsb.

Namun, banyak dari kita menolak untuk membantu melestarikan budaya-budaya tersebut. Malahan, budaya Indonesia sering dihina-hina karena ketidaksukaan kita terhadapnya.

Budaya Indonesia memang identik dengan sesuatu yang kuno, lama. Sementara dampak globalisasi merubah selera orang, terutama anak-anak muda seperti kita, menjadi sesuatu yang lebih baru dan abstrak.

Lantas, apa yang dapat kita lakukan?

Hal yang paling mudah mendapatkan perhatian tentu adalah penampilan seseorang. Maka, janganlah malu untuk menggunakan babatik Indonesia. Jaman sekarang, desain-desain batik tidak kalah modern loh!

Bagi yang menyukai fotografi, kenapa tidak membidik kemegahan alam Indonesia? Di negara Jamrud Khatulistiwa ini, keindahan alamnya sungguh dikagumi banyak orang, dan seringkali justru foto-foto di Indonesia lah yang memenangkan penghargaan-penghargaan bonafide.

Ternyata, tidak sesusah itu kan untuk mempromosikan negara kita yang diam-diam mewah ini? Kenapa tidak mulai dari sekarang saja?

Friday, May 11, 2012

Apa Cita-Cita mu?


Pertanyaan tersebut sering dilontarkan kepada anak-anak yang masih belia usianya. Setelah mereka bertumbuh dan di masa-masa SMA mereka, pertanyaan tersebut berganti menjadi “mau ambil jurusan apa?”. Pertanyaan ini pasti dijawab dengan kata bingung, tidak tahu, masih belum pasti, dsb. Kebingungan ini biasanya dikarenakan 3 hal, jurusan apa, di negara mana, dan universitas yang mana.

Jurusan menjadi hal nomor satu yang biasa dipertanyakan, karena banyak ‘pertengkaran’ yang harus dilalui kita sebagai remaja. Terkadang, ada beberapa orang tua yang suka memaksakan kehendaknya untuk mengambil jurusan pilihannya agar kita bisa melanjutkan usaha mereka. Beberapa dilarang orang tua karena jurusannya masih dianggap ‘tidak bisa diandalkan’, seperti jurusan olahraga dan musik. Jika sudah begini, biasanya anak akan ngotot untuk mengambil dua jurusan sekaligus yang pasti akan menjadi sangat berat untuk mereka. Namun, jika mereka mampu dan menyukainya, kenapa tidak?


Di negara mana menjadi hal kedua yang harus dipikirkan matang-matang. Beberapa jurusan, seperti kedokteran dan hukum, menolak lulusan luar negeri untuk mempraktekan ilmu mereka disini karena beberapa perbedaan, jadi yang mengambil jurusan tersebut harus berkuliah di Indonesia. Beberapa anak perempuan dilarang ayahnya pergi jauh-jauh, dan harus memilih negara yang cukup dekat seperti Singapura. Terkadang, masalah finansial juga dipermasalahkan saat ingin mengirim kita  mereka ke luar negeri. Jika kita tidak bisa bersekolah ke tempat yang kita idam-idamkan karena keterbatasan tersebut, pilihlah tempat yang komunitas dan tradisinya cocok dengan kita. Dengan demikian, kita tidak akan merasa terpaksa dan pilihan kita juga disetujui orang tua.


Setelah memilih jurusan dan negara, memilih universitas memang menjadi hal yang paling mudah. Kita juga bisa mencari tahu tentang universitas itu lewat situs-situs internet, termasuk ranking universitas tersebut. Namun, kita tidak bisa sepenuhnya bergantung kepada ranking karena tidak semua lulusan ranking bonafide menjadi orang-orang hebat. Jadi, jika memang jatuh hati pada universitas tersebut, mulailah bersurvei ke tempat tersebut langsung.


Pemilihan jurusan dan universitas adalah proses yang sangat ruwet namun harus segera diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat. Karena itulah, tidak ada salahnya jika sudah mulai mempersiapkan hal-hal ini sejak dini, agar tidak begitu merepotkan ke depannya.