Wednesday, October 31, 2012

Yuk, Sekolah di Luar Negri!


Bukan menjadi hal yang lazim lagi untuk memiliki keinginan bersekolah di Negara orang. Selain prospek yang lebih menjanjikan, kualitas pendidikan yang terbilang sempurna juga diakui secara internasional. Namun, apa saja yang harus dipersiapkan untuk bersekolah disana? Bersekolah di luar negeri terdengar hanya bagi orang-orang yang sudah familiar dengan negaranya atau orang-orang kaya saja. Ternyata, tidak begitu loh. Berikut adalah tips-tips untuk mempersiapkan diri.
1. Pilihlah Negara tujuan anda
Memang bukan menjadi pilihan yang muda memilih Negara yang tepat. Biasanya, orang tua akan menyarankan anaknya untuk bersekolah di negara-negara di Australia dan Asia seperti Hong Kong, India, Singapura, Jepang karena relatif dekat. Namun, tidak sedikit juga orang tua yang rela mengirim anaknya jauh hanya sekedar untuk menuntut ilmu. Tetapkanlah pilihan anda karena hal ini penting untuk mempersiapkan dokumen-dokumen yang memenuhi persyaratan umum universitas di negara tersebut.

2. Persyaratan umum
Untuk menuntut ilmu di negara-negara maju, mereka diharuskan untuk memenuhi standar kemampuan bahasa inggris yang memadai agar mereka bisa mengikuti kuliah yang biasa disampaikan dalam bahasa inggris. Kemampuan mereka berbahasa inggris dapat diukur dengan mengikuti tes-tes seperti Test of English as a Foreign Languange (TOEFL) atau International English Language Testing System (IELTS). Selain itu, mental pun juga perlu dipersiapkan dengan baik.
Selain itu, kita harus belajar mandiri dan harus bisa memasak, mencuci, mengepel dan mengurus diri sendiri karena ketiadaan orang tua di tempat. Anak pasti akan belajar bersaing lebih keras dan lebih bertanggung jawab di luar negri.

3. Persiapan mendetail
Persiapkan dokumen-dokumen serta data diri yang lengkap. Kebanyakan universitas menolak siswa bukan karena mereka tidak berprestasi, tapi karena mereka dianggap omdo (omong doang) saat menuliskan prestasi-prestasi mereka, karena prestasi yang telah mereka capai seperti memenangkan lomba memasak, menari, olimpiade, dsb tidak ada sertifikatnya. Jangan lupa untuk memastikan bahwa sertifikat-sertifikat yang kita miliki berlaku di universitas tersebut (contoh: jangan mengirim nilai UN inggris jika yang diminta adalah TOEFL sebagai bukti kelulusan bahasa inggris)
Rekomendasi guru juga bisa menjadi alasan kuat untuk diterima dari universitas tersebut. Janganlah ragu untuk meminta surat-surat rekomendasi dari mereka. Selain itu, universitas-universitas bonafide biasanya juga meminta kita untuk menulis seuah esai tentang mengapa mereka harus memilih kita untuk menjadi anggota universitas mereka. Untuk hal ini, lakukan dan tuliskan segalanya sebaik-baiknya dan jangan lupa untuk meminta saran dari guru untuk membenahi tulisan kalian.

4. Biaya
Hal yang paling biasa dikhawatirkan adalah masalah biaya. Tidak sedikit dari mereka yang tidak bisa bersekolah di luar negri karena tidak cukupnya uang, karena selain biaya hidup yang relatif lebih mahal, hal-hal yang bisa didapatkan secara “gratis” disini (seperti tempat tinggal, kendaraan, dsb) harus dibayar lagi disana.
Namun, hal ini bisa teratasi dengan tersedianya beasiswa-beasiswa yang cukup mudah diperoleh. Beasiswa membutuhkan lebih dari sekedar nilai rapor yang didapatkan, karena mereka hanya jika mau membiayai murid-murid yang bermultitalenta. Maka, jangan heran jika beberapa dari mereka yang dianggap biasa-biasa saja bisa mendapatkan beasiswa. Selain prestasi akademik, prestasi non-akademik seperti prestasi mereka dalam bidang musik, desain, olahraga, dsb. juga diperlukan. Maka, janganlah ragu untuk meminta sertifikat-sertifikat aktifitas non-akademis tersebut.


Nah, ternyata bersekolah di luar negri bukanlah hal yang mustahil, bahkan bisa tergolong cukup mudah. Ayo, mulai mengejar mimpi dan impian agar bisa menjadi anak yang berbakti kepada bangsanya!

Tuesday, October 16, 2012

Diari


Kamis, 11 Oktober 2012
Dear Diary,
Hari ini ngantuuukkk banget! Kebanyakan omongan guru gak ada yang masuk otak, semuanya numpang lewat. Ini sudah pasti gara-gara kemarin tidur kemalaman. Padahal awalnya gue berniat untuk belajar. Namun, karena adik gue nonton Harry Potter kemarin, jadi ikut nonton deh!  Kenapa yah setiap kali mau belajar niatnya kayak ditelan bumi? Padahal gue butuh nilai bagus untuk masuk Universitas ternama.
Gue sempet bingung banget loh. Biasanya kalau ada laptop, tv atau hp pasti sibuk deh, chatting sama teman-teman gue yang bawelnya juga gak nahan, baik cowok maupun cewek. Tapi, kalau semua barang-barang itu dijauhkan dari gue, bukannya gue belajar malahan tidur karena kebosenan dan akhirnya gak belajar sama sekali. Main gadget saat lagi belajar tuh udah kayak terdampar di pulau dan minum air laut pas lagi dehidrasi bagi gue. Sebentar memuaskan, tapi  sebenernya mematikan.
                Tetapi hari ini, disaat lagi ngantuk-ngantuknya, tiba-tiba Pak Sigit, si guru jawa yang pendek itu, member penjelasan tentang gaya belajar. Pantesan selama ini gue tidur kalo cuma membaca doang! Tipe belajar gue tuh ternyata semi visual – auditori. Gue jadi tau gaya belajar yang cocok sama gue apa. Ternyata gak semua orang gaya belajarnya sama loh! Setiap orang punya gaya belajar yang berbeda-beda, dan terkadang, ada orang kayak gue, yang baru tau gaya belajar yang cocok buat gue, ini sangat membantu sekali karena dengan begini gue bisa mengulang pelajarannya dengan gampang.
                Yaudah deh, sampe sini dulu yah curhat gue. Untuk pertama kalinya, gue ada niat belajar setelah berkali-kali gagal. See you soon!

Sunday, May 13, 2012

Blackberry - Teman Gila Setiap Saat


Jaman sekarang, siapa sih yang tidak punya BlackBerry? Ya, smartphone keluaran Kanada ini memang sudah mendobrak pasar telepon genggam Indonesia, mulai dari tukang bakso depan rumahmu hingga direktur-direktur perusahaan besar. Memang, fitur BBm (BlackBerry Messenger) menjadikan komunikasi antar kerabat mudah dan murah. Namun, penggunaan Blackberry dapat menggangu nilai pelajaran, berkurangnya interaksi sosial remaja dan meningkatkan kriminalitas.
Kalau ada bahan pembicaraan yang panas, rasanya enggan kalau disuruh meletakkan BB mereka dan 
“Aduuhh, males banget nih, ketemu teman-teman arisan mama..”, ketik salah seorang murid SMA kepada temannya. Ya, mereka yang terlalu sibuk BBman sering sekali melupakan apa yang terjadi dan siapa saja yang ada di sekitarnya. Kurangnya interaksi sosial dengan lingkungan, apalagi dengan keluarga sendiri, pasti akan timbul banyak ketidak-pahaman dan dapat merusak keharmonisan keluarga.
Sekarang, banyak anak muda yang menjadi sasaran empuk mereka yang berencana untuk mencuri Blackberry. Selain memiliki kesempatan yang banyak, pasar Blackberry memang sangat tinggi, sehingga menjadikan handphone berlayar lebar ini menjadi buruan orang-orang. Korban perampokan blackberry bukan hanya rugi karena kehilangan handphone berhargaan jutaan ini, tapi juga dilukai, dan beberapa bahkan direnggut nyawanya.
Memang benar, Blackberry telah mempermudah kita dalam berkomunikasi dengan sanak saudara dan bahkan teman-teman lama. Namun, apakah kita siap menganggung dampak buruknya?

"Mari menyanyi sambil menari
Suara dua tinggi dan rendah
Budaya negeri tetap lestari
Negeri kita semakin indah
"

Begitulah kata pantun yang saya temukan di Internet. Kata-kata menghina seperti 'Indonesia butut' atau 'Indonesia sampah' (maaf) tidak selamanya benar. Indonesia sebenarnya kaya akan alam dan budayanya. Tidaklah heran jika di beberapa daerah, penghasilan terbesarnya justru datang dari pariwisata.

Keindahan alam semesta Indonesia memang tidak bisa diragukan lagi. Pulau Komodo, Taman Laut Bunaken, dan Pulau Bali sudah menjadi santapan istimewa bagi para turis mancanegara. Belum lagi sejarahnya yang memusingkan-namun-unik dan 'dicatat' di monumen-monumen bersejarah seperti Monas, Candi Borobudur, Candi Prambanan dsb.

Namun, banyak dari kita menolak untuk membantu melestarikan budaya-budaya tersebut. Malahan, budaya Indonesia sering dihina-hina karena ketidaksukaan kita terhadapnya.

Budaya Indonesia memang identik dengan sesuatu yang kuno, lama. Sementara dampak globalisasi merubah selera orang, terutama anak-anak muda seperti kita, menjadi sesuatu yang lebih baru dan abstrak.

Lantas, apa yang dapat kita lakukan?

Hal yang paling mudah mendapatkan perhatian tentu adalah penampilan seseorang. Maka, janganlah malu untuk menggunakan babatik Indonesia. Jaman sekarang, desain-desain batik tidak kalah modern loh!

Bagi yang menyukai fotografi, kenapa tidak membidik kemegahan alam Indonesia? Di negara Jamrud Khatulistiwa ini, keindahan alamnya sungguh dikagumi banyak orang, dan seringkali justru foto-foto di Indonesia lah yang memenangkan penghargaan-penghargaan bonafide.

Ternyata, tidak sesusah itu kan untuk mempromosikan negara kita yang diam-diam mewah ini? Kenapa tidak mulai dari sekarang saja?

Friday, May 11, 2012

Apa Cita-Cita mu?


Pertanyaan tersebut sering dilontarkan kepada anak-anak yang masih belia usianya. Setelah mereka bertumbuh dan di masa-masa SMA mereka, pertanyaan tersebut berganti menjadi “mau ambil jurusan apa?”. Pertanyaan ini pasti dijawab dengan kata bingung, tidak tahu, masih belum pasti, dsb. Kebingungan ini biasanya dikarenakan 3 hal, jurusan apa, di negara mana, dan universitas yang mana.

Jurusan menjadi hal nomor satu yang biasa dipertanyakan, karena banyak ‘pertengkaran’ yang harus dilalui kita sebagai remaja. Terkadang, ada beberapa orang tua yang suka memaksakan kehendaknya untuk mengambil jurusan pilihannya agar kita bisa melanjutkan usaha mereka. Beberapa dilarang orang tua karena jurusannya masih dianggap ‘tidak bisa diandalkan’, seperti jurusan olahraga dan musik. Jika sudah begini, biasanya anak akan ngotot untuk mengambil dua jurusan sekaligus yang pasti akan menjadi sangat berat untuk mereka. Namun, jika mereka mampu dan menyukainya, kenapa tidak?


Di negara mana menjadi hal kedua yang harus dipikirkan matang-matang. Beberapa jurusan, seperti kedokteran dan hukum, menolak lulusan luar negeri untuk mempraktekan ilmu mereka disini karena beberapa perbedaan, jadi yang mengambil jurusan tersebut harus berkuliah di Indonesia. Beberapa anak perempuan dilarang ayahnya pergi jauh-jauh, dan harus memilih negara yang cukup dekat seperti Singapura. Terkadang, masalah finansial juga dipermasalahkan saat ingin mengirim kita  mereka ke luar negeri. Jika kita tidak bisa bersekolah ke tempat yang kita idam-idamkan karena keterbatasan tersebut, pilihlah tempat yang komunitas dan tradisinya cocok dengan kita. Dengan demikian, kita tidak akan merasa terpaksa dan pilihan kita juga disetujui orang tua.


Setelah memilih jurusan dan negara, memilih universitas memang menjadi hal yang paling mudah. Kita juga bisa mencari tahu tentang universitas itu lewat situs-situs internet, termasuk ranking universitas tersebut. Namun, kita tidak bisa sepenuhnya bergantung kepada ranking karena tidak semua lulusan ranking bonafide menjadi orang-orang hebat. Jadi, jika memang jatuh hati pada universitas tersebut, mulailah bersurvei ke tempat tersebut langsung.


Pemilihan jurusan dan universitas adalah proses yang sangat ruwet namun harus segera diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat. Karena itulah, tidak ada salahnya jika sudah mulai mempersiapkan hal-hal ini sejak dini, agar tidak begitu merepotkan ke depannya.